Rabu, 08 September 2021

Merajut Ikhlas, membingkai Kenangan

Sudah 6 tahun lamanya semua berjalan. terlihat sempurna dan baik meski banyak kerapuhan yang dipendam. 
Sudah 6 tahun lamanya kita saling berdiam. Menatap tajam hanya untuk menelisik perihal siapa yang lebih dahulu mencintai.
Sudah 6 tahun kita saling berprasangka dan menikam. Aku yang berdamai dengan keadaan, dan kamu yang menjalani keputusan besar.
Seharusnya, kita memang banyak belajar dari semua yang telah berlalu.
Namun kita terlalu angkuh untuk mengakui, bahwa kita memang pernah saling berarti.
Tapi untuk apa sebuah pengakuan?
Seberapa penting sebuah pernyataan, jika pada akhirnya kita dapati bahwa apa yang ada didepan telah menjadi masing-masing.

Ikhlas....
Sejak 6 tahun lalu mungkin seharusnya semua sudah selesai.
tapi, beberapa tahun belakangan ini, aku masih saja mendapati matamu yang menuntut kejujuran.
Namun, apalah arti kejujuran jika kehendakNya sudah lebih dahulu memberi jawaban terbaik?

Ikhlas,
sudah 6 tahun sejak itu, aku berdamai. menepis segala duka, dan mencoba menggapai bahagia.
dan aku sudah hampir mendapatkannya. Namun lagi-lagi, masa lalu kita masih saja menghantui.
Sekitar menuntut beragam kejujuran yang menurutku tidak perlu lagi.
apalah arti sebuah perasaan, jika kehendakNya berkata lain. apalah arti sebuah masa lalu, jika masa depan bisa menjanjikan hal yang lebih baik.

Aku menggapai segala ingin, merajut kembali puzzle harapan yang berserakan.


-to be continue-

Senin, 06 September 2021

Untaian RidhoMu

 Allah, jadikan setiap harap agar tak berlebihan.

Agar setiap rasa selalu dalam kadarnya.

Dan agar setiap cinta tetap terbingkai dalam niatnya.


Pagi itu, aku memutuskan menghadiri tempat itu. tempat yang sudah lama ku jauhi. tempat cinta dan kecewa melebur dalam rintik. sudah sejak subuh aku mempersiapkan diri. menyiapkan pakaian yang indah untuk ku pakai, riasan yang cantik namun alami, juga tak lupa menyiapkan hati atas berbagai hal tak terduga yang mungkin akan terjadi.

aku mengunci ponselku, memasukkannya ke dalam ransel, kemudian bersiap pergi menuju gedung itu. tidak banyak yang aku harapkan saat itu. hanya sekedar ingin merajut kembali apa yang hampir terputus. 

soal hati, aku sudah mengemasnya rapi. tidak lagi ingin membukanya untuk siapapun. entah sampai kapan.

pukul 8 pagi aku sudah tiba disana. baru ada beberapa orang yang datang. ada beberapa yang tak percaya kehadiranku. mungkin karena sudah terlalu lama menghilang ya....

aku menatap mereka satu persatu, mengucapkan salam kemudian memilih posisi duduk ternyaman, sebelum acara dimulai. tak banyak wajah yang aku kenal. karena semuanya memang sudah berubah dan berbeda. 

aku ingat, terakhir kali aku berada dalam acara ini. senyuman dan kehangatan yang masih aku simpan rapi sampai saat ini. senyuman yang ternyata menjadi momen terakhir kalinya aku bisa merasai itu semua.


Penawar Rindu

Angin sampaikan pesan ini Biar rindu berbisik kepada hati Dulu kasih indah berlayar menepi Apakah bisa kembali bersenadi Apakah ada cinta se...