Sudah 6 tahun lamanya kita saling berdiam. Menatap tajam hanya untuk menelisik perihal siapa yang lebih dahulu mencintai.
Sudah 6 tahun kita saling berprasangka dan menikam. Aku yang berdamai dengan keadaan, dan kamu yang menjalani keputusan besar.
Seharusnya, kita memang banyak belajar dari semua yang telah berlalu.
Namun kita terlalu angkuh untuk mengakui, bahwa kita memang pernah saling berarti.
Tapi untuk apa sebuah pengakuan?
Seberapa penting sebuah pernyataan, jika pada akhirnya kita dapati bahwa apa yang ada didepan telah menjadi masing-masing.
Ikhlas....
Sejak 6 tahun lalu mungkin seharusnya semua sudah selesai.
tapi, beberapa tahun belakangan ini, aku masih saja mendapati matamu yang menuntut kejujuran.
Namun, apalah arti kejujuran jika kehendakNya sudah lebih dahulu memberi jawaban terbaik?
Ikhlas,
sudah 6 tahun sejak itu, aku berdamai. menepis segala duka, dan mencoba menggapai bahagia.
dan aku sudah hampir mendapatkannya. Namun lagi-lagi, masa lalu kita masih saja menghantui.
Sekitar menuntut beragam kejujuran yang menurutku tidak perlu lagi.
apalah arti sebuah perasaan, jika kehendakNya berkata lain. apalah arti sebuah masa lalu, jika masa depan bisa menjanjikan hal yang lebih baik.
Aku menggapai segala ingin, merajut kembali puzzle harapan yang berserakan.
-to be continue-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar